Lukamu, Ibu....
Sebenarnya aku cemburu ketika kau lebih mencintai orang
yang tidak memiliki cinta sepertiku. Padahal, kau tahu, akulah pemilik cinta
yang abadi. Akulah pembangun benteng kasih sayang. Dan akulah pencipta pelukan
kedamaian yang terhangat.
Melihatmu meneteskan airmata, aku tertegun. Aku
melihatnya seperti seikat luka yang terpancar dari sudut auramu. Aku sakit,
karena aku juga merasakan perih yang berkelakar di tubuhmu. Aku sedih, tak tahu
harus bagaimana aku memahami. Aku... Akulah manusia paling tak berdaya ketika
harus melihat gerimis di rona matamu. Andai Tuhan mengijinkan, aku ingin semua
luka yang memasungmu melenyap. Atau, paling tidak, biarkan aku yang terpasung
dalam gerigi kesakitan. Ibu, aku ingin
kau tersenyum...