Judul :
Sepotong Hati yang Baru
Pengarang :
Tere-Liye
Tahun Terbit :
Oktober 2012
Penerbit
: Mahaka Publishing
Jumlah halaman : vi + 206 halaman (13,5 x 20,5 cm)
Sinopsis :
Novel karya Tere-Liye ini
menceritakan beberapa cerita yang diantaranya terinspirasi dari legenda atau
cerita lama, tetapi dikemas dengan versi yang berbeda.
Salah satu judul cerita yang
diangkat menjadi judul buku tere-liye ini adalah “Sepotong Hati yang Baru”
tentunya.
Pengarang menceritakan tentang kesedihan seorang lelaki
(tokoh Aku) yang dikhianati kekasihnya bernama Alisya tanpa alasan, di bibir
pantai yang kala itu sedang pasang naik. Sepotong hatinya telah lenyap begitu
saja, seiring dengan perginya Alisya.
Setahun berlalu, di tempat yang sama, dengan suasana
berbeda. Tokoh Aku melingkarkan cincin batu bulan, sesuai tanggal lahir Alisya.
Ya, Alisya lagi yang ternyata menempati sepotong hatinya yang baru, yang kala
itu susah payah ia perbaiki.
Namun, tepatnya 5 hari sebelum pernikahan mereka, Alisya
mengembalikan cincin itu. Ia memutuskan untuk meninggalkan tokoh Aku dan pergi
bersama seoarang lelaki yang baru dikenalnya. Susah payah, untuk kesekian
kalinya tokoh Aku harus dihadapkan kepada kecamuk hati yang begitu dahsyat.
Sanggupkah ia membuat sepotong hati yang baru lagi? Sebab, sepotong hatinya
yang kemarin kembali dirusak Alisya.
Setelah berhasil pergi meninggalkan tokoh Aku setahun
lamanya, malam itu, Alisya menelepon, dan meminta bertemu dengan tokoh Aku di
tempat yang sama. Di bibir pantai favorit mereka. Alisya datang dengan wajah
sendu.
Seperti sebelum-sebelumnya, setelah berpisah dan bertemu
kembali, Alisya selalu membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang sama : apakah
di hatimu masih ada namaku?
Dan untuk kali ini, tokoh Aku berusaha berontak dengan
potongan hatinya yang pernah dijejaki oleh nama Alisya. Di sepotong hatinya
yang kini benar-benar baru, dia membuang jauh-jauh nama itu. Ia menggeleng
sembari menunjukkan cincin batu giok (simbol kelahiran tokoh Aku) yang melingkar
di jari manisnya, pertanda tokoh Aku telah menikah.
Setelah melihat pengakuan itu, Alisya pergi sambil menyeka
ujung matanya yang basah. Padahal, sejatinya Tokoh Aku belum menikah. Masih
sulit menghapus jejak nama itu di hatinya. Sepotong hatinya yang baru belum
siap menerima nama yang baru. Dan, cincin dengan batu giok itu kepunyaan
adiknya. Sengaja ia pinjam sebelum menemui Alisya.
Amanat
: “Sejatinya, hakikat cinta bukan sekedar
soal memaafkan, bukan sekedar menerima apa-adanya. Cinta adalah harga diri,
cinta adalah rasionalitas sempurna.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar