PERSPECTIVE ON INTERNET USE:
ACCESS, INVOLVEMENT AND INTERACTION
(Ronald E. Rice and Caroline Haythornthwaite)
Internet,
sebuah kata yang kini tidak bisa lepas dari kehidupan sebagian besar manusia di
muka bumi ini. Mulai dari mereka yang bekerja di depan layar komputer, civitas
akademik, buruh atau bahkan yang masih mencari pekerjaan pun senantiasa
menggunakan internet dalam kesehariannya. Bukan hanya orang dewasa, tapi juga
anak-anak dan bahkan lansia. Bukan hanya laki-laki yang notabene adalah
penguasa lapangan pekerjaan, tapi juga perempuan baik yang berkarir maupun yang
sekedar menjadi ibu rumah tangga. Semua orang ingin jadi yang paling tahu dan
enggan ketinggalan berita dan informasi, oleh karenanya, mereka berlomba-lomba
memanfaatkan keberadaan internet sebagai sebuah media untuk mengakses informasi
kapan saja, di mana saja dengan sangat cepat dan nyaris sangat akurat –tergantung
pada sumbernya.
Ronald E. Rice dan Caroline Haythornthwaite
menjelaskan bahwa internet bukan hanya membawa dampak baik, tapi tentu ada
dampak buruk dari kehadirannya. Dengan kata lain, kita akan melihatnya dari dua
perspektif yang berbeda yakni Pessimist Perspective
dan Optimis Perspective ditinjau
dari segi akses, kendala, dan interaksi.
·
Pessimist
Perspective
a. Akses
Pandangan pesimis
menyebutkan bahwa ternyata masih banyak orang yang memiliki kendala untuk mengakses
internet khususnya kaum minoritas seperti (1) mereka yang berpendidikan rendah –mereka
cenderung sungkan, merasa minder atau bahkan takut untuk menggunakan internet
karena mereka menganggap internet tidak mebawa dampak apa-apa, (2) usia yang
telah senja –biasanya di usia yang telah senja, kemampuan fisik pun berkurang
seperti pengelihatan maupun kendali motorik sehingga para orang tua kesulitan
untuk memakai internet sendiri, (3) pendapatan yang rendah –internet merupakan
kebutuhan tersier karena paket data / pulsa yang mahal dan warnet juga mahal, (4) gender, khususnya perempuan –yang sebagian besar sibuk terhadap urusan rumah tangga, dan satu lagi (5) yakni kelompok difable atau mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental.
kebutuhan tersier karena paket data / pulsa yang mahal dan warnet juga mahal, (4) gender, khususnya perempuan –yang sebagian besar sibuk terhadap urusan rumah tangga, dan satu lagi (5) yakni kelompok difable atau mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental.
b. Kendala
Untuk melihat bagaimana
kendala yang mempengaruhi penggunaan new
media mari kita bandingkan pendapat dua orang ahli: Van Dijk (1999) dan
Rojas et.al (2004)
Van
Dijk (1999)
|
Rojas
et.al (2004)
|
·
Orang tua
·
Jaringan yang sulit
·
Fitur yang tidak menarik (sulit
dimengerti, khsusnya oleh mereka yang berusia lanjut maupun memiliki
keterbatasan fisik)
·
Penggunaan yang tidak signifikan
|
·
Keterkaitan antara modal ekonomi,
budaya, etnis, jenis kelamin dan usia.
·
Seringkali, individu berada dalam
sebuah persaingan dan pengaruh yang kontras.
|
c. Interaksi
Dilihat dari segi
interaksi, kaum pesimistis memandang bahwa kehadiran internet dapat mengancam
keberadaan komunitas sosial yang organik dimana komunitas tersebut akan berubah
menjadi komunitas virtual yang hanya mengandalkan media (internet) tanpa perlu
bertemu secara fisik. Ini sangat bertentangan dengan hakikat manusia sebagai
makhluk sosial, kehadiran dunia maya hanya menawarkan persahabatan yang maya. Proksemik
atau jarak kedekatan bukan lagi sebuah teori yang berlaku pada interaksi di
dunia maya ini.
·
Optimist
Perspective
1. Akses
Kaum optimistik menyangkal dakwaan kaum pesimis
mengenai akses terhadap internet. Mereka yang berpendidikan rendah dan bahkan
hanya kuli angkut barang seperti Jufry asalh Makasar nyatanya mampu mengantongi
ribuan dollar dari game yang ia buat
dan dipasarkan di internet*). Para orang tua senang mempelajari internet dan
menggukannya untuk berkomunikasi dengan anak atau famili lainnya lewat video
call atau sejenisnya, meskipun mungkin mereka tidak secara langsung
mengoperasikan perangkat teknologi komunikasi itu sendiri. Pendapatan yang
rendah bukanlah halangan, akses internet seperti wifi gratis mulai banyak kita
jumpai seperti di sekolah, rumah sakit, atau bahkan pabrik. Untuk gender,
kesetaraan telah menghapus batasan indikator ini. Sedangkan untuk kaum difable,
kini beberapa aplikasi telah memudahkan mereka untuk bisa menikmati kecanggihan
internet seperti aplikasi IGOS Linux Voice Command, dapat digunakan dengan
cukup memerintahkan komputer dengan suara pengguna dan komputer akan beroperasi
dengan sendirinya, seperti mematikan, menyalakan, dan menjalankan
petintah-perintah yang dioperasikan dilayar komputernya melalui headset
microphone yang dikenakannya. Selain itu, perintah yang dipakai sudah
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat karena menggunakan bahasa Indonesia.**)
2. Kendala
Kendala-kendala yang
diungkapkan oleh Van Dijk maupun Rojas pelan tapi pasti telah memudar. Seperti halnya
pembahasan pada poin di atas (akses).
3. Interaksi
Siapa bilang komunitas
virtual akan menggeser keberadaan komunitas organik dengan semena-mena? Betapapun
canggihnya teknologi komunikasi yang membuat kita merasa seakan-akan seperti
berada bersama lawan bicara, tetap saja pertemuan secara nyata menjadi sebuah
kebutuhan karena adanya dorongan alam bawah sadar yang membuat manusia ingin bertemu
dan bertatap secara langsung, merasakan atmosfer yang nyata dan lebih banyak
menafsirkan pesan secara nonverbal.
KESIMPULAN
Internet
merupakan salah satu produk teknologi komunikasi yang sangat dekat dengan
kehidupan kita saat ini khususnya dari segi sosial. Penggunaan internet semakin
meningkat dari waktu ke waktu dan bisa diakses oleh segala elemen masyarakat. Keberadaannya
tidak bisa dilihat dan dinilai hanya dari perspektif pesimisnya saja yang lebih
banyak menguraikan dampak negatifnya melainkan internet juga harus dilihat dari
perspektif optimis dengan melihat sisi baik dan kemanfaatan yang dibawa oleh
internet. Oleh karena itu, kita sebagai manusia (makhluk sosial) yang berakal
dan bermoral harus bisa menggunakannya secara bijak dan tepat guna. Tidak boleh
berlebihan, tapi bukan berarti kita harus menghindarinya sama sekali.
Sumber:
1. Lievrouw,
Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook
of New Media: Social Shoping and Social Consquences of ITCs, Sage
Publication Ltd. London.
Chapter 4, “Perspective on Internet Use: Access,
Involvement and Interaction”. By Ronald E. Rice and Caroline
Haythornthwaite
3. **) http://techno.okezone.com/read/2008/07/18/54/128921/aplikasi-komputer-berbasis-open-source-permudah-penyandang-cacat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar